Saturday, November 6, 2010

PENERAPAN NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN NYATA

Melati, gadis remaja dari keluarga yang dibilang cukup mampu. Melati seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta, Indonesia. Ayah dan Ibunya sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan Melati. Melati hidup serba terpenuhi. Namun, dibalik semua itu Melati merasa ada yang kurang. Hidupnya kerap kali kesepian karena tidak mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya. Sampai-sampai Melati magang kerja, ikut les sana-sini untuk menghilangi kesepiannya.

Sampai akhirnya dia diperkenalkan dengan Jaka, kakak sahabatnya sendiri, Rena. Di awal perkenalan itu Melati merasa Jaka orang yang selama ini dia cari. Orang yang bisa mengisi kesepiannya. Orang yang memiliki waktu lebih banyak dibandingkan kedua orang tuanya. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan pacaran. Hubungan yang banyak dilakukan remaja kebanyakn seperti mereka.

Namun setelah sekian lama mereka berpacaran, Jaka semakin aneh. Jaka menjadi seorang pria yang kasar, arogan, dan egois. Tak sering dia memaksakan kehendaknya kepada Melati. Dan tak sering juga Jaka mengucapkan kata-kata kasar kepada Melati. Tak hanya itu, Jaka pun berani main tangan kepada Melati. Seperti, menampar, memukuli Melati, dan masih banyak lagi.

Bimo, sahabat Melati, turut menjadi korban sikap Jaka yang arogan itu. Jaka mengira kalau Melati dan Bimo punya hubungan lain selain persahabatan. Sampai akhirnya terjadi ribut besar antara Jaka dan Melati. Seperti biasa Melati mendapatkan perilaku kasar Jaka, bahkan kali ini paling sadis!

Sampai akhirnya Melati meminta pendapat Bimo dan memutuskan untuk menyerah. Melati tidak kuat lagi dengan perilaku Jaka seperti itu. Melati sadar bahwa Jaka tidak akan pernah berubah dan memutuskan hubungan pacaran mereka.

Berita terakhir yang Melati tahu tentang Jaka adalah setelah mereka putus, Jaka mempunyai pacar baru. Namun, lagi-lagi Jaka memperlakukan pacarnya tersebut dengan kasar. Sama seperti Jaka memperlakukan Melati. Karena perbuatan tidak baik Jaka itu, dia dilaporkan ke polisi oleh pacar barunya dan dipenjara untuk waktu yang cukup lama


Kutipan di atas adalah sebuah penggalan film pendek yang terinspirasi dari kisah nyata seorang gadis yang tidak mau disebutkan namanya yang berjudul "Kekerasan dalam Berpacaran". Menurut Yustina Rostiawati seorang Peneliti Senior PKPM Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, kekerasan dalam berpacaran adalah sebuah bentuk penyimpangan sosial perorangan. Pelaku dan korban kekerasan pun dapat berasal dari berbagai lapisan masyarakat.

Di sini saya akan menjabarkan korelasi atau hubungan dari film tersebut dengan nilai-nilai Pancasila yang berlaku di Indonesia.
Dapat terlihat jelas bahwa terjadi penyimpangan yang sangat jelas dengan perilaku Jaka (tokoh utama pria) dengan nilai pancasila. 
  1. Ketuhanan yang Maha Esa >>> Telihat jelas Jaka tidak memiliki rasa Ketuhanan yang tinggi. Karena dalam agama islam, seluruh mahluk hidup ciptaan Allah harus diperlakukan dengan baik. Khususnya seorang wanita. Karena dari seorang wanita dapat muncullah sebuah kehidupan baru. Tapi di film tersebut Jaka memperlakukan Melati seenaknya. Tidak mengindahkan norma-norma agama yang berlaku. Sungguh nilai sila pertama tidak ada di film tersebut.
  2. Kemanusiaan yang Beradab >>> Apakah sikap Jaka beradab? sungguh tidak. Perilaku semena-menanyayang dimiliki sungguh tidak beradab. Memperlakukan kasar seorang wanita sungguh bukan perilaku yang seharusnya diamalkan sesuai dengan sila kedua ini.
  3. Persatuan Indonesia >>> Erat pula hubungannya dengan sila ketiga. Apabila sikap Jaka yang terus-terusan seperti itu, sungguh dapat merusak persatuan hubungan antara Jaka dan Melati. Bahkan hubungan persatuan Jaka dengan sahabat-sahabat dan keluarga Melati.
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Pemusyawaratan Perwakilan >>> sosok seorang pemimpin dari seorang pria yang seharusnya menunjukkan sikap bijaksana, penuh tanggung jawab, berbudi luhur dalam memimpin pengikutnya. Namun dalam film tersebut sikap kepemimpinan yang seharusnya dimiliki Jaka tidak ada. Malahan dia memperlakukan Melati layaknya seorang budak. Sungguh Jaka tidak memenuhi pengamalan sila keempat pancasila.
  5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia >>> Kata adil sungguh jauh dari Melati dan Jaka. Melati merasa seperti tertekan, takut karena segala peraturan dan perilaku Jaka. Hak Asasi Manusia adalah hak mutlak yang dimiliki tiap-tiap orang. Hak asasi Melati justru telah direbut Jaka hingga akhirnya keadilan diantara mereka sudah tidak ada lagi. Untuk kesekian kalinya, film tersebut tidak mengamalkan nilai-nilai pancasila.